Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan digunakan oleh pendidikan formal di Indonesia. Konsep pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan keunikan kognitif individu para siswa.
Baca: Pengertian Profil Pelajar Pancasila dan Karakternya
Konsep Merdeka Belajar
1. Asesmen Kompetensi Minimum
Perbedaan konsep pendidikan baru ini dengan kurikulum yang digunakan sebelumnya adalah, siswa diharapkan mampu menunjukkan kemampuan minimum dalam hal “literasi” dan “numerik.” Fokusnya bukanlah sebanyak apa siswa mampu mendapatkan nilai melalui penugasan dari guru, tetapi bagaimana siswa mampu berpikir secara kritis menggunakan kemampuan kognitifnya.
Dalam bidang literasi misalnya, bila pada kurikulum sebelum-sebelumnya siswa lebih banyak diharapkan menghafal dan menerapkan materi yang mereka baca, dalam konsep asesmen kompetensi, siswa diharapkan bisa berpikir logis untuk mengabstraksi maksud dan tujuan dari materi. Begitu juga dalam hal “numerik” atau pada pelajaran sains seperti fisika, kimia, khususnya matematika. Siswa tidak boleh hanya menghafal formula atau rumus, tetapi juga menemukan konsep dasarnya, sehingga mereka bisa menerapkannya untuk penyelesaian masalah yang lebih luas.
2. Survei Karakter
Cukup melegakan bahwa pada akhirnya pemerintah mengakui pendidikan di Indonesia adalah investasi yang mahal. Sebab, setiap daerah memiliki keunikan manusia yang berbeda-beda dan tidak mungkin dipaksa untuk menerapkan satu sistem dengan indikator tetap. Pada konsep survei karakter, pemerintah akan menilai secara menyeluruh terkait kualitas pendidikan di sekolah. Bukan hanya tentang hasil belajar, tetapi juga ekosistem dan infrastruktur pendidikan yang tersedia.
Dengan kata lain, pengembangan kualitas pendidikan bukan lagi tentang penerapan indikator kualitas tetap, tetapi berdasarkan data hasil survei terbaru terhadap sekolah.
3. Perluasan Penilaian Hasil Belajar
Satu hal paling menarik dalam konsep “merdeka belajar” ini adalah adanya perluasan penilaian hasil belajar siswa yang tadinya hanya dari nilai ujian nasional, menjadi penugasan dan portofolio. Kedepannya siswa akan diberikan ruang untuk bisa mengembangkan diri mereka sesuai minat dan bakat. Dengan cara ini, stigma siswa pintar dan bodoh diharapkan bisa segera dihilangkan. Sebab, manusia memiliki bakat alami yang berbeda-beda, dan tidak bisa ditentukan dengan tes formal.
4. Pemerataan Kualitas Pendidikan Hingga ke 3T
Merdeka belajar juga dapat diartikan keadilan terhadap akses pendidikan yang setara bagi seluruh siswa di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah membuat kebijakan afirmasi dan pemberian kuota khusus bagi siswa yang tinggal di daerah. Industri 4.0 adalah momen penting dalam pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebab, pada tahun 2030 nanti akan menjadi puncak dari bonus demografi Indonesia dengan 64% penduduk adalah angkatan kerja.
Kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam menghadapi persaingan di industri 4.0. Khususnya di daerah 3T(Tertinggal, Terdepan, Terluar) yang masih memiliki tingkat kelahiran yang sangat tinggi. Pemerintah mengusung konsep merdeka belajar bukan tanpa alasan dan fokus yang jelas. Pada 2021 nanti, kurikulum ada diubah total untuk menjamin sistem pendidikan 4.0 dapat berjalan dengan baik. Lalu, apa dasar kecocokan konsep ini terhadap pendidikan 4.0 ? Sebagai berikut :
5. Pengembangan Pola Pikir
Tentang Konsep pendidikan “merdeka belajar” memiliki fokus pada pengembangan kemampuan kognitif siswa. Artinya, siswa akan ditantang untuk mampu berpikir kritis dengan analisis yang baik. Kemampuan inilah yang dibutuhkan siswa agar bisa membuat keputusan yang bijak dalam penyelesaian masalah. Sebab, dalam industri 4.0 basisnya adalah data technology dengan kata lain informasi yang bisa diakses oleh semua orang. Siswa yang tidak mampu menganalisis semua informasi tersebut tentu akan gagal membuat analisis serta kesimpulan yang benar dan akurat. Hal ini tentu akan menjadi masalah ketika para siswa masuk ke dunia industri yang telah mengadopsi machine learning dan kecerdasan buatan (AI).
6. Inovasi di Tingkat Pendidikan
Salah satu pokok dari konsep pendidikan baru ini adalah membuat siswa mampu mengembangkan minat dan bakatnya di sekolah. Oleh karena itu, pemerintah menghapus penilaian melalui UN, dan menggantinya menjadi penugasan dan portofolio.
Alasannya jelas, siswa akan ditantang untuk mampu berinovasi terhadap instrumen dan penyelesaian masalah. Fokusnya adalah bagaimana siswa mampu menjawab persoalan dalam bentuk proyek mata pelajaran dari sekolah. Proses ini penting bagi para siswa untuk belajar mengaplikasikan teori yang mereka pelajari di kelas menjadi sebuah hasil yang nyata. Siswa akan belajar membuktikan, bukan hanya menghafal materi.
7. Meningkatkan Kecerdasan Siswa
Tahukah Anda, berapa ranking PISA Indonesia tahun 2019? 74, atau urutan 6 terbawah dari 79 negara yang disurvei. Dari data tersebut saja, kita bisa menggambarkan betapa rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan anak-anak Indonesia. Dalam kurikulum pendidikan 4.0, pemerintah telah merancang standar khusus agar siswa Indonesia semakin terlatih kemampuan kognitifnya, dan semakin mampu menyelesaikan masalah dengan baik.
Ada tiga syarat infrastruktur dasar yang harus disiapkan oleh sekolah untuk bisa menyelenggarakan kurikulum pendidikan 4.0 yaitu:
- Pertama, Jaringan internet stabil dan berkecepatan tinggi
- Kedua, Instrumen pembelajaran berbasis digital
- Ketiga, guru atau mentor profesional dan berkualitas.
Bilamana ada satu indikator dasar saja yang belum terpenuhi, sekolah dipastikan akan gagal dalam menyelenggarakan kurikulum sesuai standar pendidikan 4.0 dan merdeka belajar seperti yang diharapkan. Namun, pembangunan infrastruktur pendidikan yang berbasis teknologi adalah investasi yang tidak murah.
Oleh karena itu, sekolah harus segera menyiapkan infrastruktur tersebut secara bertahap dan terencana. Khususnya dalam hal dana yang akan dianggarkan. Untuk itu, Pintek sebagai perusahaan inovasi keuangan yang memiliki fokus pada pengembangan pendidikan Indonesia membuat program pinjaman modal kerja dan pendanaan PO khusus untuk pengembangan infrastruktur sekolah yang lebih baik
Makna Merdeka Belajar Bagi Siswa
Menurut Mendikbud Nadiem Makarim, arti sesungguhnya dari merdeka belajar adalah kemandirian murid dalam proses belajar dan kemerdekaan bagi lingkungan Pendidikan untuk menentukan sendiri cara terbaik dalam proses pembelajaran.
Makna dari merdeka belajar merupakan hal yang perlu diingat dan yang perlu dilakukan oleh setiap murid. Karena dengan memiliki mindset demikian, belajar bukan lagi suatu beban. Merdeka Belajar sangat diperlukan oleh setiap siswa dan siswi terutama yang sudah berada di jenjang SMA/SMK/SMAK. Karena seharusnya di masa-masa seperti itu murid harus menjadi mandiri dalam mengatur proses pembelajarannya.
Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh karena beberapa hal. Menjadi sebuah tantangan untuk daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) karena terbatasnya kreativitas guru-guru dalam hal mengajar. Hal lain juga ditimbulkan oleh para murid yang belum terbiasa dengan teknologi. Minimnya SDM (Sumber Daya Manusia) dan sarana prasarana juga menjadi alasan pendukung sulitnya menerapkan merdeka belajar.
Merdeka Belajar dapat diterapkan dengan maksimal pada sekolah-sekolah yang memiliki pengajar yang kreatif. Dengan kemampuan guru yang unik dan kreatif mendukung para pelajar untuk menerapkan mindset merdeka belajar.
Pada kenyataannya merdeka belajar diterapkan para murid secara nyata pada sesi belajar synchronous dan asynchronous. Sesi synchronous yang berarti sesi digunakan untuk pertemuan kegiatan pembelajaran antar guru dan murid. Sesi asynchronous yang berarti tidak terdapat pertemuan online, namun murid akan diberikan tugas mandiri oleh guru. Pada sesi tersebut juga murid dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar yang bisa dilakukan oleh masing-masing pelajar.
Pada akhirnya makna sesungguhnya dari Merdeka Belajar ada dalam diri masing-masing murid. Belajar bisa menjadi suatu hal yang positif, yaitu menjadikan setiap pribadi menjadi mandiri dan pribadi yang memiliki kemampuan untuk menentukan cara terbaik bagi dirinya untuk belajar.
Keunggulan Kurikulum Merdeka Bagi Warga Sekolah
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Riset) Nadiem Anwar Makarim menjelaskan, inti Kurikulum Merdeka adalah Merdeka Belajar. Melalui konsep itu, Kurikulum Merdeka diciptakan dengan tiga keunggulan mendasar bagi murid, guru, dan sekolah.
Pertama, materi yang diajarkan lebih sederhana dan mendalam. Kurikulum Merdeka akan fokus pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik sesuai fasenya. Para guru juga memiliki kesempatan untuk mendalami materi pelajaran dan tidak terburu-buru untuk berpindah ke materi berikutnya. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep dengan lebih mendalam.
Kedua, lebih merdeka, dalam Kurikulum Merdeka, tidak ada peminatan atau jurusan pada siswa sekolah menengah atas (SMA). Peserta didik dapat memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya di dua tahun masa SMA. Kurikulum Merdeka memberikan keleluasaan dalam mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik.
Ketiga, Kurikulum Merdeka lebih relevan dan interaktif. Pembelajaran dilakukan melalui berbagai kegiatan berbasis proyek di dalam kelas. Dengan demikian, peserta didik akan mendapatkan keterampilan yang dibutuhkan saat lulus sekolah, seperti bekerja dalam kelompok dan menghasilkan suatu karya. Menurut Nadiem, hal tersebut merupakan poin penting dalam Kurikulum Merdeka. Dengan pembelajaran berbasis pengalaman, para peserta didik dapat lebih mudah memahami suatu konsep pelajaran.