Kajian teoritis tentang konsep bimbingan klasikal, masih jarang ditemukan. Berbeda dengan konsep bimbingan kelompok yang sudah banyak dikaji oleh ahli di bidang bimbingan dan konseling. Di dalam rambu-rambu penyelenggaraan program bimbingan dan konseling (Depdiknas, 2008) dijelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi dalam pelayanan dasar, di samping layanan bimbingan kelompok, layananan orientasi,informasi dan layanan pengumpulan data.
Arti Bimbingan Klasikal
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas,maka dapat dikatakan bahwa bimbingan klasikal atau disebut dengan layanan bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi dalam pelayanan bimbingan yang dilaksanakan dengan mengadakan kontak secara langsung dengan konseli (peserta didik) di kelas, secara terjadual. Sasaran layanan dalam bimbingan klasikal yaitu sekelompok siswa berdasarkan kelas yang telah dibentuk di awal tahun ajaran baru.Layanan bimbingan klasikal dalam pelaksanaannya dikelola secara kelompok (kelompok kelas), dengan menggunakan teknik-teknik bimbingan kelompok
Strategi bimbingan klasikal yang dilaksanakan berbasis kelas, dilandasi atas prinsip bahwa bimbingan diperuntukkan untuk semua peserta didik. Dengan basis klasikal, maka semua siswa memperoleh kesempatan untuk mendapat layanan bimbingan, tanpa terkecuali dalam rangka mengembangkan dirinya.
Terdapat kerancuan antara layanan bimbingan klasikal dengan layanan bimbingan kelompok. Keduanya merupakan strategi dalam komponen layanan dasar bimbingan dan dalam pelaksanaannya menggunakan teknik-teknik bimbingan kelompok.
Untuklebih memahami konsep bimbingan klasikal, berikut ini dibandingkankarakteristik atau ciri antara bimbingan klasikal dengan bimbingan kelompok, sehingga dapat ditemukan ciri khas dari bimbingan klasikal.
Tabel: Ciri-ciri bimbingan klasikal dan bimbingan kelompok
Aspek karakteristik | Bimbingan Kelompok | Bimbingan Klasikal |
Pengelolaan Pembentukan kelompok Fungsi Struktur kelompok Jadual kegiatan Metode/ teknik Sasaran layanan Jumlah anggota kelompok Materi | Dikelola secara kelompok Dibentuk berdasarkan pada kebutuhan dan minat konseli Pemahaman, pencegahan, pengembangan Terstruktur Sesuai dengan kesepakatan antara anggota dengan pemimpin kelompok (konselor) Teknik-teknik bimbingan kelompok Sekelompok konseli (siswa) yang memiliki minat/ kebutuhan yg sama 2 s/d 15 orang konseli/ 20-35 orang (menurut Gazda) Sesuai dengan kebutuhan dan minat anggota kelompok | Dikelola secara kelompok Berbasis kelas, anggota kelas secara otomatismenjadi menjadi anggota kelompok Pemahaman, pencegahan, pengembangan Terstruktur Terjadual sesuai dengan kalender akademik dan jadual pembelajaran setiap kelas Teknik-teknik bimbingan kelompok Semua siswa yang ada di suatu kelas sasaran Jumlah anggota, sesuai dengan jumlah siswa dalam satu kelas (sekitar 40 orang siswa) Dikembangkan berdasarkan kurikulum (rambu-rambu pelaksanaan BK di jalur pendidikan formal) dan disesuaikan dengan hasil need assessment |
Layanan bimbingan klasikal lebih terstruktur programnya, sebab sejak awal dikembangkannya program bimbingan, layanan bimbingan klasikal telah menjadi baagian dari komponen program bimbingan di sekolah. Di dalam program telah tercantum topik kegiatan yang akan dilaksanakan, kelas berapa yang menjadi sasaran serta kapan kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
Tujuan Bimbingan Klasikal
Sebagai salah satu strategi bimbingan yang dilaksanakan secara kelompok,maka bimbingan klasikal mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan bimbingansecara umuml, yaitu membantu individu/ konseli agar dapat:
- Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang
- Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin
- Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat dan lingkungan kerjanya
- Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja
- Secara ringkas dapat dikatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling yaitu membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangan, yang meliputi aspek perkembangan pribadi, sosial, belajar dan karier (Depdiknas, 2008).
Sebagai salah satu strategi yang dikelola dalam kelompok, dengan karakteristiknya yang khas, maka tujuan bimbingan kelompok juga menjadi tujuan bagi bimbingan klasikal, sebagaimana dikemukakan oleh Romlah (2006) yaitu:
- Memberi kesempatan pada individu belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan diri, yang berkaitan dengan masalah pendidikan, belajar, karir dan pribadi sosial
- Memberikan pelayanan penyembuhan pada anggota kelompok
- Untuk mencapai tujuan bimbingan secara lebih ekonomis dan efektif daripada melalui pendekatan individual
- Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.
Sementara, di dalam Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling yang dikembangkan MGBK Jabar dan DKI bekerjasama dengan Jurusan PPB FIP UPI (2008), disebutkan bahwa tujuan bimbingan klasikal adalah:
- Menfasilitasi konseli (peserta didik) menemukan alternative pemecahan masalah, menjaga diri agar tidak bermasalah dan menemukan alternative pengembangan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki
- Menfasilitasikonseli memperoleh penguatan atas perilaku positif yang dilakukannya
- Menfasilitasi konseli dapat mengembangkan potensi, tanggungjawab, hubungan interpersonal,motivasi, komitmen, daya juang serta pengembangan karir.
Materi Bimbingan Klasikal
Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi dari komponen layanan dasar. Di dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (Depdiknas, 2008) disebutkan bahwa tujuan komponen layanan dasar yaitu untuk membantu konseli agar:
- Memiliki kesadaran (pemahaman) tentang diri dan lingkungannya
- Mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggungjawab atau seperangkat tingkah laku yang layak bagi penyesuaian diri dengan lingkungannya
- Mampu menangani masalah atau memenuhi kebutuhannya
- Mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
Dalam rangka mencapai tujuan layanan dasar tersebut,maka focus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. Keempat aspek tersebut berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas perkembangan sebagaimana dirumuskan dalam bentuk standar kompetensi kemandirian.
Materi yang dapat dikembangkan dalam layanan bimbingan klasikal, berdasarkan pada rambu-rambu pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (Depdiknas, 2008), dalam bidang pengembangan pribadi-sosial, antara lain: fungsi agama bagi kehidupan, self esteem, motivasi berprestasi, keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan hubungan antar pribadi, keterampilan berkomunikasi, kesadaran keragaman budaya, perilaku bertanggungjawab, bahaya perkelahian masal, dampak pergaulan bebas dan lain sebagainya.
Dalam bidang karir, materi yang dapat dikembangkan antara lain: pemantapan pilihan program studi, keterampilan kerja professional, kesiapan pribadi dalam menghadapi dunia kerja, perkembangan dunia kerja, iklim kehidupan dunia kerja, cara melamar pekerjaan dan lain-lain. Dalam bidang belajar,materi yang bisa dikembangkan antara lain: strategi menghadapi ujian nasional, manajemen dalam belajar, cara mengikuti pelajaran di kelas, cara belajar di kelas akselerasi, cara membaca buku teks dan lain-lain.
Materi bimbingan dalam strategi bimbingan klasikal, dipersiapkan untuk semua siswa dirancang dalam program bimbingan yang akan dilaksanakan secara terjadual, tatap muka di kelas. Dalam menentukan materi yang dirumuskan dalam bentuk topik-topik layanan, didasarkan pada kurikulum yang telah dikembangkan di setiap sekolah, merujuk pada Rambu-rambu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Di samping itu juga didasarkan pada hasil need asesmen yang telah dilaksanakan di setiap awal tahun ajaran baru dalam rangka menyusun program bimbingan dan konseling baik program tahunan maupun program semester.
Secara teknis operasional, topik-topik bimbingan ditentukan berdasarkan pada rumusan standar kompetensi kemandirian peserta didik(SKKPD), pada setiap aspek perkembangan, sesuai dengan jenjang pendidikan (SMP, SMA/MA/SMK). Sebab pada hakekatnya kompetensi yang dikembangkan berdasarkan tugas perkembangan itulah yang harus dicapai oleh peserta didik, sesuai dengan jenjang pendidikannya.
Berdasarkan kompetensi kemandirian tersebut yang dirumuskan dalam tataran pengenalan, akomodasi dan tindakan,kemudian dirumuskan topik-topik materi bimbingan yang relevan dengan kebutuhan (dari hasil need assessment), untuk mencapai kompetensi yang dimaksud.
Sebagai contoh, pengembangan topik materi bimbingan untuk SMA, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Aspek Perkembangan | SKKPD | Topik Materi Bimbingan |
Landasan hidup religious | Mempelajari hal ihwal beribadah | Makna dan tujuan ibadah dalam kehidupan |
Landasan perilaku Etis | Mengenal keragaman sumber norma sebagai rujukan pengambilan keputusan | Macam-macam sumber norma dan fungsinya dalam kehidupan |
Kematangan emosi | Mempelajari cara-cara menghindari konflik dengan orang lain | Strategi menghindari konflik dengan orang lain,melalui komunikasi asertif |
Pengembaangan pribadi | Mempelajari keunikan diri dalam konteks kehidupan social | Memahami diri dan memahami orang lain melalui berbagi persepsi antar pribadi |
Sumber: Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, Editor: Mamat Supriatna, 2011
Disamping berdasarkan rumusan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD), identifikasi materi layanan bimbingan, dapat pula berdasarkan pada rumusan tujuan pada masing-masing bidang bimbingan, yaitu bidang bimbingan pribadi-sosial, belajar dan bimbingan karir. Rumusan tujuan bimbingan yang mengacu pada masing-masing bidang bimbingan dan konseling ini,juga bisa dibaca di dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (2008).
Sebagai contoh pengembangan topic materinya dapat dilihat pada tabel berikut:
Bidang Bimbingan | Tujuan Bimbingan | Topik Materi Bimbingan |
Pribadi-sosial | Memiliki sikap toleransi terhadap orang lain dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing | Meningkatkan kesadaran diri akan nilai toleransi |
Belajar | Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif | Meningkatkan keterampilan membaca buku teks dengan strategi quantum learningMeningkatkan keterampilan membuat ringkasan materi pelajaran |
Karir | Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir | Informasi karir ke luar negeriMengenal karir di bidang kesehatan |