Peranan adalah suatu kompleks pengharapan manusia terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu berdasrkan situasi tertentu berdasarkan status dan fungsi sosialnya.
Peran pribadi adalah pengharapan – pengharapan tingkah laku di dalam status tertentu yang berhubungan erat dengan sifat- sifat khusus dari individu itu sendiri.
Dalam kehidupan sehari – hari antara laki-laki dan perempuan memiliki peran masing-masing yang tidak dapat dihindari, karena merupakan kodratnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Baca: Cara Membangun Rasa Percaya Diri
Peran Sebagai Pribadi Pria atau Wanita
Wanita dewasa adalah seorang ibu, seorang ratu rumah tangga yang memiliki kewajiban mengatur rumah tangga, mendidik anak, mengelola keuangan rumah tangga, menyiapkan semua keperluan keluarga dan sebagainya. Sementara anak perempuan (gadis) adalah calon ibu yang harus mempersiapkan diri menghadapi dunia keibuan.
Anak perempuan harus banyak belajar tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kewanitaan dan pengaturan rumah tangga. Ada kata mutiara tentang wanita, yakni wanita adalah tiang negara, Jika baik seorng wanita maka baiklah negara itu dan jika rusak wanita maka rusak pula negara. Hal ini menunjukkkan bahwa demikian mulia peran seorang wanita dalam mendidik anak, maka bila seorang ibu memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik/ positif, ia akan berhasil dalam mendidik anak-anaknya dan sebaliknya apabila seorang ibu memiliki nilai-nilai kehidupan yang tidak baik maka ia kan gagal dalam mendidik anaknya, sehingga rusaklah generasi penerus.
Walaupun peran bapak juga ada dalam hal mendidik anak tetapi kewajiban utama mendidik anak adalah tugas ibu. ini merupakan kodrat peranan wanita yang harus diterima. Sehingga setinggi apapun kedudukan seorang ibu dalam karir atau jabatannya, kewajiban utama memperhatikan keluarga tetap harus dilaksanakan. Untuk itulah ibu mendapat predikat mulia dalam keluarga, sebagai seorang ratu, bahkan surga seorang anak terletak ditelapak kaki ibu. Maka anak wajib menghormati ibunya, baik semasa ibunya masih hidup atau setelah meninggal dunia. Ibu adalah cahaya dalam rumah tangga. Tanpa ibu, dunia serasa gelap gulita.
Laki-laki dewasa adalah seorang bapak, pemimpin dalam rumah tangga, bertanggung jawab terhadap seluruh anggota keluarga, wajib melindungi, mengayomi dan memenuhi kebutuhan keluarag, baik kebutuhan jasmani maupun rohaninya. Laki-laki muda adalah calon bapak yang juga harus mempersiapkan diri memasuki dunia kebapakan, menjadi pemimpin yang bertanggung jawab pada semua yang menjadi bawahannnya (yang dipimpin).
Pada hakikatnya semua orang adah pemimpin, minimal pemimpin bagi dirinya sendiri. Wanita juga berhak menjadi pemimpin sesuai dengan kemampuaanya. Tetapi tidak semua wanita bisa menjadi pemimpin, bahkan ada beberapa wanita yang suka dipimpin daripada menjadi pemimpin. Walaupun kesempatan itu terbuka lebar dengan adanya emansipasi wanita dan kesetaraan gender.
Berbeda dengan laki-laki, semua laki-laki adalah pemimpin, dan harus bisa menjadi pemimpin. Sebab selain memimpin diri sendiri, lelaki dewasa juga harus memimpin keluarganya, anak dan istrinya. Peranan ini tidak bisa dihindari dan harus diterima sebagai kodrat manusia. Begitu pula peran seorang wanita sebagai ibu yang harus melahirkan, mengasuh, mendidik anak serta mengatur rumah tangga harus diterima. Walaupun wanita tersebut adalah pemimpin dunia, tetapi kodrat sebagai wanita dan sebagai ibu harus diterima, tidak boleh dihindari atau di tolak karena hal itu merupaka kodrat wanita.
Untuk dapat melakukan peran masing-masing sebagai pria atau wanita, kita perlu memahami diri. Siapa kita? apa kebutuhan kita? bagaimana cara kita berprilaku? dan sebagainya. Mari kita pelajari satu persatu.
Wanita: bersifat lembut, penuh kasih, penuh perhatian, teliti, rapi, disukai dan menyukai laki-laki. Karena disukai banyak laki-laki, maka wanita harus bisa menjaga diri.
Mulai dari cara berbicara, berpakaian, duduk, berdiri, berjalan, berdandan, makan, minum, berperilaku dan lain-lain haruslah diatur. Memang tampaknya terlalu banyak atauran, tetapi jika ingin menjadi wanita sejati dan berpribadi sebagai wanita anggun dan bijaksana, maka hal tersebut harus dilaksanakan. Wanita sering diibaratkan sebagai bunga mawar, jika mekar akan di sukai banyak orang.
Namun jika telah layu, tidak indah akan dibuang disembarang tempat, tidak ada harganya lagi. Wanita juga diibaratkan seperti gelas kristal, jika utuh, indah akan bernilai tinggi atau berharga sangat mahal. Tetapi jika retak sedikit saja atau bahkan pecah, serupiah pun tidak akan laku dijual. Tidak berharga, karena itu berhati-hatilah para gadis. Jagalah keindahanmu.
Laki-laki: bersifat keras, kuat, memiliki prinsip hidup yang kuat, egois, cenderung kurang perhatian kepada orang lain dan kurang sabar. Umumnya laki-laki lebih suka menjadi pemimpin daripada dipimpin, apalagi oleh wanita. Disinilah letak keegoisan laki-laki sebagai pemimpin, lelaki haruslah melengkapi diri dengan sifat-sifat dan sikap serta perilaku yang dituntut oleh jabatan tersebut.
Pemimpin haruslah bijaksana, adil, mau memperhatikan orang lain, memperhitungkan setiap langkah terhadap manfaat dan kerugiannnya, tegas tetapi tidak kasar dan memberi teladan kepada yang dipimpin. Jika anda ingin menjadi pemimpin yang berhasil dalam segala hal, maka perhatikanlah yang anda pimpin, jangan egois.
Belajarlah dari keberhasilan pemimpin yang anda kenal atau yang anda idolakan menjadi pemimpin bukan berarti bebas dari aturan. Justru sebaliknya harus memberi contoh yang baik tentang kedisiplinan dan ketaatan terhadap peraturan yang telah disepakati. Mau memimpin harus mau dipimpin.