Bimbingan dan Konseling atau yang disingkat BK dahulu di Indonesia disebut Bimbingan Penyuluhan (BP), karena istilah “penyuluhan” sering dipakai di bidang pertanian akhirnya dirubah konseling.
Meskipun telah lama dirubah menggunakan Bimbingan dan Konseling, istilah BP masih melekat di telinga masyarakat Indonesia. Misalnya dalam pembicaraan siswa: Kamu baru dipanggil BP ya? Siapa nama guru BP-nya?
Terlepas dari itu semua substansinya sama yaitu memberikan layanan bimbingan dan layanan konseling. Layanan bimbingan bersifat lebih general sedangkan konseling merupakan layanan responsif yang harus segera diberikan ke siswa untuk menangani permasalahan siswa.
Ilmu bimbingan dan konseling sangat populer dimana-mana baik itu di Indonesia maupun luar negeri karena telah ada sejak dahulu. Bicara tentang bimbingan dan konseling, berikut ini adalah asal-usulnya.
Sejarah Bimbingan dan Konseling
Sejarah bimbingan dan konseling baru diperkenalkan ke publik mulai abad ke 19 di Amerika Serikat. Tokohnya adalah Frank Parson yang dikenal sebagai Father of The Guidance Movement in American Education.
Dalam padangan Frank setiap individu penting diberikan pertolongan dari orang lain untuk lebih memahami kekurangan dan kelemahan diri sehingga bisa membantu proses pengembangan diri yang lebih baik untuk menentukan pekerjaan yang cocok dengan dirinya.
Istilah bimbingan dan konseling pada mulanya di bidang profesi dan ketenagakerjaan. Tujuannya membantu pemuda dalam memulih pekerjaan sesuai dengan keahliannya serta melatih guru memberikan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Disaat yang hampir bersamaan sebelum Frank mengenalkan bimbingan dan konseling, Jasse B Davis juga memberikan layanan konseling di SMA pada tahun 1989. Kemudian pada tahun 1907 beliau memasukkan program bimbingan dan konseling di SMA Detroit.
Eli Weaver pata tahun 1905 mendirikan Students Aid Committee of Hight School di Newyork dengan kesimpulan bahwa siswa membutuhkan saran dan konsultasi sebelum masuk dunia kerja.
Kalau ditinjau dari sejarahnya, munculnya bimbingan dan konseling sebagai layanan dan penempatan yang berhubungan dengan karir setelah siswa lulus dari SMA. Namun dalam perkembangannya, ilmu bimbingan dan konseling lebih luas lagi mencakup tentang perkembangan siswa baik yang bermasalah maupun tidak.
Kemudian dikembangkanlah beberapa pendekatan konseling untuk mempermudah pelaksanaan layanan konseling. Setelah mengetahui sejarah asal-usul bimbingan dan konseling, selanjutnya harus tau tokoh-tokoh penting yang ikut berperang dalam perkembangan bimbingan dan konseling.
Tokoh Yang Memasukkan BK ke Kurikulum Pendidikan di Indonesia
Bila ada yang bertanya siapa tokoh yang membawa Bimbingan dan Konseling ke Indonesia? jawabannya adalah Prof. Dr. Munandir (Guru Besar FIP IKIP Malang Tahun 1991).
Prof. Dr. Munandir, adalah tokoh yang sangat berjasa di dunia pendidikan tanah air, khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling di lembaga pendidikan. Melalui perjuangannya akhirnya Depdiknas memasukkan bimbingan dan konseling ke dalam kurikulum sekolah karena memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian peserta didik.
Peran dan gagasan Pak Munandir turut menentukan kemajuan profesi bimbingan di Indonesia, yang merupakan profesi baru sejak 1975. Dalam perjalanan sejarah bimbingan di Indonesia, adalah penyelenggaraan Konvensi Nasional Bimbingan Indonesia ke-1 di Malang, pada 15 sampai 17 Desember 1975 yang telah berhasil mendirikan organisasi profesi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) dan merumuskan kode etik konseling.
Inisiator dan organisator konvensi (ketua panitia penyelenggara) yang kemudian terpilih menjadi sekjen pertama IPBI waktu itu adalah Pak Munandir, dan ketuanya adalah Prof. Drs. Rosjidan, MA. Para pendiri melihat bahwa IPBI dengan perangkat kode etiknya merupakan langkah penting untuk memajukan bimbingan konseling sebagai profesi di Indonesia. Pada tahun 2001, Kongres IPBI ke-9 di Bandar Lampung, memutuskan perubahan nama IPBI menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang menegaskan diri sebagai organisasi profesi yang bersifat keilmuan, profesional dan mandiri yang berasaskan Pancasila.